Monday 26 March 2012

Valentine days : syirik dan zina

Valentine days : syirik dan zina

Valentine’s Day memang tengah menjadi virus mengerikan yang menjangkiti remaja Indonesia. Bukan karena tujuan perayaan ini yang berkaitan dengan pengungkapan rasa kasih sayang ataupun suatu ritual keagamaan. Tapi lebih kepada kebiasaan-kebiasaan buruk seperti free sex, pesta alkohol, narkoba, pemborosan dan kemudharatan lainnya. Maklum saja, kebiasaan tersebut memang lumrah dilakukan oleh remaja-remaja Amerika Serikat dan beberapa negara Barat. Mereka menganggap kencan di hari Valentine merupakan permulaan dari suatu hubungan yang serius. Dengan pesta mewah yang dilengkapi minuman beralkohol, setiap pasangan diberikan kebebasan melakukan apapun sepanjang malam yang kemudian diakhiri perzinaan. Ironisnya, budaya ini juga ditiru sebagian remaja Indonesia. Entah berapa kegadisan yang terenggut pada malam itu. Akhirnya, semangat kasih sayang dan ritual keagamaan yang sakral, ternodai dengan perilaku amoral tersebut.

Terlepas berbagai keriuhannya, tahukah Mereka, pecinta hari Valentine, terhadap sejarah Pinky Day itu? Coba tanyakan kepada anak, adik, kakak ataupun sahabat Anda tentang arti Valentine’s Day. Hampir dipastikan, sebagian besar remaja Indonesia mengartikannya dengan tidak tepat. Kebanyakan mengartikannya sebagai hari kasih sayang. Benarkah? Bagaimana pula dengan asal mula munculnya hari valentine?

Valentine’s Day Dalam Sejarah

Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul dari Valentine’s Day. Bahkan hingga kini, kontroversi ini terus berlanjut dan belum menemui titik terang. Akhirnya, kebanyakan remaja, terjebak kepada suatu perayaan yang bisa dikatakan sebagai khayalan, karena masih kontroversi hingga belum dianggap ilmiah.

Dalam The World Book Encyclopedia (1998) yang meyakini perayaan ini berawal dari perayaan Lupercalia di zaman Romawi kuno. Lupercalia sendiri merupakan upacara pensucian di zaman itu yang dilaksanakan pada tanggal 13-18 februari. Pada hari itu, upacara pensucian dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love), Juno Februata. Di hari tersebut, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak yang kemudian para pemuda mengambilnya secara acak. Gadis yang terpilih, harus menjadi pasangan pemuda tersebut selama setahun untuk bersenang-senang mengunjungi tempat wisata.

Selanjutnya pada tanggal 15 Februari, seluruh pasangan menggelar upacara meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara berlangsung, kaum muda melecut para gadis dengan kulit binatang dengan harapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Buku yang ditulis berdasarkan beberapa sumber sejarah ini kemudian mencatat bahwa agama Kristen Katolik yang masuk ke Roma saat itu, mengadopsi dan memberikan nuansa kristiani di dalamnya. Salah satunya antara lain mengganti nama para pemuda/pemudi dengan Paus/Pastor. Bahkan, pada 496 M Paus Gelasius I, menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari. Siapa St Valentine itu? The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada tiga nama Valentine yang mati pada 14 Februari dan seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun sayangnya, tidak pernah ada penjelasan yang menyebutkan dengan jelas St. Valentine yang dimaksud. Bahkan kisahnya tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.


Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Akhirnya, nyawanya meregang di tiang gantungan. Versi lain menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan, lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dibandingkan orang yang telah menikah. Kaisar lalu membuat kebijakan melarang para pemuda untuk menikah. Namun, St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga kemudian ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M. Hingga saat ini, ’tokoh kasih-sayang’ tersebut masih abu-abu identitasnya.

Perayaan Budaya Syirik

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta
ng sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka. Tak ada alasan bagi kita walaupun dengan alasan Valentine Islami, yang jelas merupakan pemikiran tak logis liberal. Masihkah Anda ingin merayakannya, wahai orang-orang yang berfikir?? Naudzu billahi min zalik.

0 comments:

Post a Comment

jangan berkata kasar ya